Setelah selesai melalui serangkaian perjuangan untuk mempersiapkan masa depan (ciehh..), saya kembali pada tanggung jawab yang masih harus saya selesaikan. Apa itu…? Skripsi! Gara-gara terlalu terbuai dengan aktivitas job seeker, tidak terasa kalau saat itu saya sudah menelantarkan skripsi saya selama lebih dari sebulan semenjak seminar proposal skripsi….hehehe… Untung nya, skripsi saya termasuk sederhana…beda dengan teman-teman saya yang kebanyakan skripsi nya rumit dan sulit… 🙂

Selama penyelesaian skripsi adalah masa-masa yang galau. Selain galau karena skripsi itu sendiri, saya juga galau menunggu hasil seleksi yang telah saya lalui. Review sedikit dari cerita sebelumnya, saat itu ada 4 opportunity yang sedang saya tunggu kepastiannya: 1. Beasiswa S2 di NTUST by Pou Chen Group yang sudah diterima, tinggal ttd kontrak saja; 2. Hasil seleksi BP; 3. Hasil seleksi IBM Apprentice; 4. Panggilan untuk Medical Check-up Samsung yang kemarin tertunda.  Waktu itu, saya menimbang-nimbang, manakah yang menjadi prioritas saya…manakah yang paling saya inginkan. Setelah dipikir, preferensi saya adalah : 1. BP; 2. Beasiswa S2 / IBM; 3. Samsung. Oke…selanjutnya tinggal menunggu pengumuman hasilnya saja.

Pada suatu siang di hari jumat, tepatnya setelah sholat Jumat….. HP saya berdering…dan peneleponnya adalah nomor dari Jakarta. Dagdigdug….ini dari siapa ya?

” Halo selamat siang, ini benar dengan Aryka?”
“Iya, benar saya sendiri.””
“Oh, ini ***** dari BP.”

Ternyata telepon dari BP. Waktu itu dari nada suara sang penelepon, saya sudah bisa menebak seperti apa hasil dari seleksi yang saya lalui. Dan ternyata, tebakan saya benar. Sang penelepon mengabarkan bahwa saya tidak lolos tahap seleksi. Mmm…cukup susah menggambarkan perasaan saya waktu itu, tapi yang jelas kecewa…karena saat itu saya sangat mendambakan kesempatan itu. Begitu selesai menerima kabar itu, saya memutuskan untuk pulang ke Malang. Sebenarnya sore harinya ada acara gathering di jurusan yang diikuti dosen, mahasiswa, staff, dll. Tapi waktu itu saya langsung hilang niatan untuk ikutan acara seneng-seneng itu.

Malamnya begitu sampai di rumah…langsung diskusi dengan orang tua…dan saya rasa keputusan untuk pulang ke rumah hari itu sangat tepat. Rasa kecewa saya sedikit demi sedikit terkurangi saat mencurahkan perasaan dengan orang tua. Selain itu, mereka sangat mendukung bila saya memutuskan untuk mengambil kesempatan beasiswa S2. Selain itu, Ayah saya juga ‘menyadarkan’ saya mengenai impian saya yang sudah saya kejar sejak lama. Memang benar…semenjak di bangku SMP, saya sudah mengejar kesempatan untuk bersekolah di luar negeri. Memang tentunya ada beberapa hal yang membuat saya ragu untuk mengambil kesempatan beasiswa S2 ini : lebih ingin bekerja dan punya penghasilan untuk membantu keluarga; takut kalau-kalau sebenarnya saya sudah jenuh untuk lanjut sekolah, studinya di Taiwan yang notabene bukan negara impian saya untuk studi, takutdll.  Tapi setelah dipikir-pikir dan dengan ditambah dukungan keluarga, akhirnya saya dengan mantap menandatangani kontrak yang diberikan. Belakangan, beberapa minggu setelah submit kontrak beasiswa S2…dapat kabar bahwa seleksi IBM saya juga tidak lolos. Nggak ambil pusing, saya sudah ambil keputusan yang tepat bukan?

Lalu…bagaimana dengan kondisi saat ini? Jujur sampai sekarang saya merasa bahwa mengambil kesempatan S2 di sini bukanlah pilihan yang salah dan saya tidak menyesalinya. Banyak sekali pengalaman-pengalaman baru yang saya dapatkan di sini. Dan ternyata, kondisi Taiwan masih lebih baik dari yang pernah saya bayangkan sebelumnya. Apalagi di kampus saya lumayan banyak mahasiswa dari Indonesia sehingga sangat mudah untuk beradaptasi. Bersyukur sekali. In the end, I concluded that :here I found my destiny!

The end of the story.
Thank you for reading!
^^

Related posts :
Story from the Past (1/8) : The Background
Story from the Past (2/8) : The (Biggest) Korean Company
Story from the Past (3/8) : BP is (not) British Petroleum
Story from the Past (4/8) : The International Business Machine
Story from the Past (5/8) : Road to Study Abroad
Story from the Past (6/8) : A Week in Jakarta (Part 1)
Story from the Past (7/8) : A Week in Jakarta (Part 2)